Bab 2264
Bab 2264
Bab 2264 Hamil?
Tiba–tiba Dewi membuka mata, langsung berbalik dan duduk, “Apa yang mau kalian lakukan?”
Beberapa asisten terkejut. Dokter menjelaskan, “Kamu tenang saja, kami tidak akan melukaimu, hanya ingin mengambil darahmu untuk dites.”
“Tes apa?” This content provided by N(o)velDrama].[Org.
Dewi belum selesai bicara, beberapa sipir masuk dan menekannya.
Rongrong melingkar di dalam lengan baju Dewi, bersiap untuk keluar dan menggigit orang, tapi malah dihentikan Dewi….
Belum sampai saat–saat kritis, tidak boleh membiarkan Rongrong muncul.
“Tes apa kamu hamil.”
Nyonya Presiden berkata dengan dingin.
“Hamil??” Dewi tercengang, “Apa tidak salah?”
“Kamu muntah dan mengantuk setiap hari, itu seperti gejala hamil.” Sipir berkata dengan lembut, “Nyonya Presiden membawa dokter untuk memeriksamu, seharusnya kamu berterima kasih padanya.”
“Benar.” Nyonya Presiden melihatnya sambil mencibir, “Kalau kamu mengandung anak Lorenzo, aku harus memberitahukan kabar baik ini padanya!”
Hati Dewi menjadi kacau dalam sekejap. Begitu mendengar ucapan Nyonya Presiden, dia langsung teringat, haidnya sudah telat selama sebulan, reaksinya juga tidak wajar beberapa waktu
dekat ini.
Mungkinkah benar–benar ….
Dewi segera memeriksa denyut nadinya sendiri, ekspresinya berubah drastis.
Sebagai seorang tabib, dia tahu jelas apa maksud denyut nadi ini, tapi dia masih tidak berani percaya, dia malah hamil di saat ini???
Dokter itu sudah maju dengan membawa perawat untuk menekan dan mengambil darahnya.
“Memeriksamu adalah untuk kebaikanmu sendiri.” Nyonya Presiden berkata dengan dingin dan angkuh, “Sebaiknya kamu bekerja sama dengan patuh. Kalau memakai paksaan dan membuatmu terluka, itu tidak baik.”
“Baik.” Dewi pun tidak melawan lagi, berkata pada dokter, “Mau ambil darah, ‘kan? Aku lakukan
sendiri.”
Dokter melihat Nyonya Presiden.
Nyonya Presiden mengangguk.
Dokter memberikan peralatan pada Dewi. Dewi mengambil daralinya sendiri sebanyak satu tabung, “Tes dengan baik, beri tahu aku kalau sudah ada hasil.”
“Aku akan menunggu di sini, menunggu hasilnya denganmu.”
Nyonya Presiden duduk di kursi yang berada di luar.
Dokter dan asisten bergegas pergi sambil membawa sampel darah.
Sipir membawakan teh untuk Nyonya Presiden. Nyonya Presiden memberikan isyarat, sipir juga. membuatkan sepoci teh untuk Dewi, juga memberinya camilan lezat.
“Makanan di sini benar–benar tidak enak, dari dulu sudah harus diperbaiki.”
Dewi juga tidak sungkan, langsung minum beberapa cangkir teh hangat, lalu mulai makan camilan dengan gembira.
“Kamu tidak takut ada racun?” Nyonya Presiden melihatnya dengan dingin.
“Takut apa?” Dewi sama sekali tidak peduli, “Kalau meracuniku sampai mati, apa yang akan kamu pakai untuk memancing Lorenzo keluar?”
“Memang pintar.” Nyonya Presiden juga tidak menyangkal, “Berhubung kamu begitu pintar, kalau begitu, coba kamu tebak, kenapa aku mau menangkapmu?”
“Bukankah demi menghadapi Lorenzo?” Kata Dewi dengan dingin.
“Itu hanya salah satu alasan.” Nyonya Presiden melihatnya dengan kejam, “Semua yang kamu tanggung sekarang adalah untuk membayar dosamu sendiri.”
“???” Dewi tercengang, “Aku mau tanya, aku tidak pernah melakukan kesalahan seumur hidup ini, dosa apa yang aku miliki?”
“Kelihatannya kamu sudah lupa….”
Nada bicara Nyonya Presiden dipenuhi kebencian.
Dewi sangat bingung. Apa yang dia lupakan? Dia berpikir dengan cermat, dia memang tidak pernah melakukan kesalahan apa pun, bahkan tidak punya musuh….
Kecuali Juliana dan…..
Tiba–tiba, sebuah sosok muncul di benak Dewi, Denny!!!
“Mungkinkah Denny?” Dewi melihat Nyonya Presiden dengan tercengang.
Sorot mata Nyonya Presiden sedikit menghindar ….
“Mungkinkah Denny adalah anak harammu??” Dewi menebak dengan berani.
“Cih!!!” Nyonya Presiden marah sampai wajahnya pucat. “Dasar bocah, omong kosong apa yang kamu katakan??“