Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 173



Bab 173

Bab 173

Samara bergegas melingkarkan tangannya pada pinggang Asta.

“Asta....apa yang terjadi padamu?”

Tangan kecilnya menyentuh kening Asta, dan menyadari kalau suhu tubuhnya sangat panas.

Samara melihat lebih dekat ke wajah pria itu, dan menyadari kalau baru satu minggu, rongga mata pria ini menjadi cekung, dan wajahnya sangat pucat seolah tidak dialiri oleh darah.

Demamnya ini...

Sudah bukan satu dua hari

Samara ingin memapah Asta kedalam kamar, untuk memeriksanya dan menggunakan akupunktur untuk meredakan panasnya, tapi Wilson menahannya.

“Pak Wilson?” Samara mengernyit padanya.

“Nona Samara, Tuan ku sedang tidak sehat, saya harus membawanya kembali ke Kediaman Costan, dan memanggil Dokter Patricia untuk memeriksanya.” Wilson berkata dengan serius, “Tuan sekarang adalah kepala keluarga, dan peraturan Keluarga Costan, hanya dokter yang dilatih oleh keluarga yang boleh memeriksa dan mengobati kepala keluarga, saya harap Anda mengerti.”

Posisi kepala keluarga sangat penting dan tinggi, tentu saja akan didambakan oleh banyak orang.

Peraturan keluarga Costan ini sepertinya dibuat untuk melindungi nyawa Borris yang bisa dibunuh oleh dokter–dokter yang diundang dari luar.

Samara berjuang sesaat, lalu mengigit bibirnya dan mengangguk.

“Saya mengerti.”

Samara hendak menyerahkan Asta yang pingsan pada Wilson, tapi Asta

memeluknya dengan sangat erat dan tidak mau melepasnya.

Jelas–jelas pria ini sedang sakit, tapi tenaganya begitu kuat, rasanya seperti orang tenggelam yang meraih sebalok kayu dan memeluknya dengan erat.

“Asta, bisa tidak kamu lepaskan?”

Asta yang dalam keadaan tidak sadar menggerakkan kelopak matanya, tapi lengan itu masih melingkar erat di pinggang Samara.

Wilson menghela nafasnya didalam hati, kegilaan Asta selama beberapa hari ini, dialah yang melihat paling jelas dibandingkan dengan orang lain. Text © 2024 NôvelDrama.Org.

Orang lain tidak akan memahami kenapa Tuannya yang sakit masih bersikeras tidak mau melepaskan Samara, tapi dia sangat memahaminya.

“Nona Samara, karena Tuan tidak mau melepaskan pelukannya, tolong temani dia pulang ke Kediaman Costan.”

Saat ini, tidak ada cara lain.

Samara hanya bisa mengangguk : “Baiklah.”

Samara berpesan kepada Javier lalu ikut dengan Wilson membawa Asta naik ke mobil.

Wilson duduk di kursi pengemudi.

Sedangkan Samara dan Asta duduk di kursi penumpang barisan belakang.

Sebagian tubuh Asta menopang pada tubuh Samara, Samara merasa keberatan dan tanpa sadar ingin mendorongnya. Tapi saat melihat wajahnya, dia merasa tidak tega.

Pria ini memiliki apa saja yang bisa didapatkan didunia...

Kenapa dia malah melindunginya yang tidak berharga ini?

Dia awalnya mencurigai Asta mendekatinya karena memiliki maksud tersembunyi, namun sekarang dia menjadi ragu, tujuan seperti apa yang bisa membuat seorang pria melakukan hal seperti ini untuknya?

“Saya terus berusaha keras menjauhimu, dan tidak ingin berhutang budi padamu, kenapa kamu malah terus mengejar dan tidak mau melepasku?”

Mata coklat Samara berkedip dan dia bergumam pada dirinya sendiri.

“Kamu membuatku semakin berhutang padamu..kalau seperti ini bagaimana saya bisa benar–benar terlepas darimu?”

Setelah sampai di kediaman Costan, Wilson dan Samara memapah Asta ke tempat tidur.

Seorang gadis berusia dua puluh enam atau tujuh tahun yang mengenakan jubah putih sudah menunggu di kamar.

Saat melihat penampilan Asta yang loyo. Dokter Patricia mengernyitkan keningnya dengan erat : Wilson, apa yang terjadi pada Asta?”

“Tuan sudah tidak tidur hampir satu minggu, dan makannya juga sangat sedikit…” kata Wilson.

“Sembarangan!” Dokter Patricia memakinya, “Dia kira dia terbuat dari besi? Kamu tidak tahu dia....”

Dokter Patricia awalnya ingin mengeluarkan kata–kata dalam hatinya, namun saat pandangannya bertemu dengan tatapan Wilson yang memperingatkannya, dia baru berhenti bicara.

“Kalian keluarlah dulu.” Dokter Patricia memakai stetoskop, lalu memerintah Wilson dan Samara

Asta masih memeluk Samara secara naluriah, dan keduanya menempel seperti bayi kembar siam,

Dokter Patricia menatap wanita yang dipeluk Astal, wajahnya yang berbintik–bintik, fitur wajahnya yang biasa, tapi malah bisa bermesraan dengan Asta membuat hatinya seperti terbakar.

“Siapa kamu masih tidak mau melepaskan Asta?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.