Chapter 75
Chapter 75
Bab 75
Nara berkata dengan serius, “Dia adalah suamiku!”
Si pirang tampak tertegun sejenak lalu membuat wajah cemberut:”Memangnya kenapa kalau dia suamimu? Kalau suami lalu boleh mengganggu hubungan pertemananmu?”
“Aku hanya ingin nomor kontakmu saja, tidak melakukan hal lain. Memangnya kenapa dengan suamimu?”
“Wehh, suami ini, kau tak perlu tergesa-gesa, kita berdua belum memulai hubungannya. Nanti kalau kita berdua hubungannya sudah berkembang kau baru berbicara juga masih belum terlambat!”
Para pemuda di belakang segera tertawa terbahak-bahak: “Ya, kita saja belum mulai bermain. Kau yang jadi seorang suami mengapa tergesa-gesa?” Belongs to (N)ôvel/Drama.Org.
Ekspresi Reva menjadi dingin dan dia berkata dengan serius, “Jaga mulutmu yang kotor itu!”
“Mulut kotor pamanmu!” Si pirang membalas dengan galak,”Hei, Cantik, jawab aku! Aku tanya kau mau memberikan muka kepadaku tidak?”
Wajah Nara memerah. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu orang seperti itu.
“Aku… aku tidak mengenalmu, silakan pergi!”
“Di awal memang tidak saling mengenal tetapi setelah menambahkan Wechat kita akan sering chatting dan bermain, lama – lama yah jadi kenal! Jawab si pirang sambil tersenyum.”
“Ya, semakin lama kalian bermain akan semakin mengenal dan lama – lama akan terbiasa juga!” Beberapa pemuda lainnya juga ikut tertawa dan menggoda
“Kau…”Nara terlihat sangat kesal, ucapan orang – orang ini terlalu sembrono.
Reva lalu berdiri: “Kalian ingin bermain? Aku akan menemanimu!”
“Kau mau bermain denganku? Kau kira siapa dirimu mau seenaknya bermain denganku!” kata si pirang sambil mengangkat meja.
“Aah!” Nara berteriak dengan kaget dan mundur beberapa langkah dengan panik:
“Kalian … kalian kenapa sangat kasar!”
“Brengsek, kau mengatakan siapa yang kasar?!” Para pemuda dibelakang juga mulai mendatangi dan mengepung mereka dengan tampang ganas.
Reva memindahkan Nara ke belakangnya dan berkata dengan dingin,”Nara, kau masuk ke dalam rumah.”
Nara terlihat semakin cemas dan berkata:”Ayo kita pergi, Reva!”
“Kau kira kalian bisa pergi?” Si pirang mengambil sebotol anggur dan berkata dengan arogan,”Hei, yang suami ini kau bisa pergi tetapi wanita ini harus tetap tinggal disini untuk bermain dengan kami!”
Tatapan membunuh melintas di mata Reva dan dia berkata dengan dingin, “Kalian jangan keterlaluan!”
Si pirang cemberut dan berkata:”Memangnya kenapa kalau keterlaluan?”
“Kau tahu tempat apa ini? Apakah kau tahu siapa aku?”
“Brengsek, aku ingin Wechatnya karena aku menghormatinya.”
“Aku beritahu yah. Kau pilih: dia yang tetap tinggal disini dan bermain dengan kami”
“Atau aku akan membuat lubang di kepalamu dan membiarkanmu melihat bagaimana dia bermain dengan kami!”
Para pemuda di belakang segera tertawa terbahak-bahak, wajah mereka tampak begitu arogan seolah-olah Nara adalah makanan lezat yang telah terhidang di atas meja mereka.
Reva berkata dengan dingin, “Anak muda, tak peduli apapun yang kau lakukan, kau harus menyisakan sebuah jalan keluar untuk dirimu sendiri jika tidak saat kau mau menyesal pun sudah terlambat!”
“Aku akan menyesal? Kau sedang bermimpi yah?” Si pirang memaki: “Aku rasa kau tak ingin pergi dari sini yah? Oke, kalau begitu aku akan membuat lubang di kepalamu, brengs….”
Sebelum si pirang sempat menyelesaikan ucapannya, Reva sudah meraih botol anggur di sebelahnya dan menghantamkannya ke kepala si pirang.
Seluruh penonton yang berada disekitar sana terdiam. Tak ada satupun yang
menyangka Reva akan menghantamnya lebih dulu.
Nara pun ikut tercengang sambil menatap ke arah Reva dengan bingung. Apakah ini masih Reva yang dia kenal itu?
“Paman Boris, bawa Nara ke dalam rumah!” Reva berteriak dengan dingin.
“Suamiku, kau… kau jangan mencari masalah …” kata Nara dengan panik.
“Aku akan baik-baik saja.” Reva tersenyum: “Jangan perlu khawatir.”
Paman Boris cepat – cepat membawa Nara ke dalam rumah.
“Bajingan! Beraninya kau memukulku?” Raut wajah si pirang tampak begitu mengerikan:”Jika aku tidak dapat meninggalkan beberapa lubang di tubuhmu, aku akan mengikuti margamu!”
“Saudara-saudaraku, ayo hajar!”
Next Chapter