Bab 2318
Bab 2318
Bab 2318 Sudah Melahirkan
Brandon tahu temperamen Dewi, tidak ada yang bisa mengubah keputusannya.
Terlebih lagi, dia adalah seorang dokter, dia bisa menjaga dirinya sendiri, sebenarnya kalau dia pulang sekarang juga tidak akan membantu
Kalau dia membawa orang keluarga Moore kembali, itu akan menimbulkan masalah baginya, kalau sampai orang keluarga Moore merebut anaknya, maka Dewi pasti akan kehilangan keinginan untuk hidup. Content © copyrighted by NôvelDrama.Org.
Brandon mengemudikan mobil dan melaju ke arah lain, benar saja, mobil–mobil itu segera mengikuti di belakang, terus mengejarnya….
Pada saat yang sama.
Di gedung kecil di tengah gunung, wajah Dewi pucat karena kesakitan, dia berkeringat banyak, tapi dia masih mengertakkan gigi dan menyuntik dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa sakitnya. Pada saat yang sama, dia memberi tahu nenek, “Bawakan aku kotak obat.”
“Kotak obat? Di mana kotak obat….”
Nenek sudah panik.
“Di sebelah, di dalam lemari.” Dewi menggertakkan giginya, menahan rasa sakit, “Cepat!!”
“Oke, oke….” Nenek segera membawakan kotak obatnya.
“Botol ungu, buka dan bantu aku minum obat itu….”
Suara Dewi jadi semakin lemah, seluruh tubuhnya gemetar dan berkeringat.
Obat–obatan itu sudah disiapkannya sejak lama, dan ditempatkan di kotak obat yang diletakkan di lemari samping tempat tidur, agar bisa diminum kapan saja saat terjadi serangan.
Untuk berjaga–jaga, dia memasukkan setiap obat ke dalam botol yang berbeda, sehingga kalau Brandon tidak ada, maka nenek juga bisa membantunya.
“Ungu, ungu….”
Nenek segera menemukan botol obat ungu dan membantu Dewi meminumnya.
Setelah Dewi meminumnya, dia pun mengambil pisau dan membelah perutnya untuk memulai operasi Caesar….
“Astaga, apa yang kamu lakukan? Apa kamu sendiri yang akan menjalani operasi Caesar? Jangan membuatku takut ….”
Nenek sudah pucat karena ketakutan dan kehabisan kata–kata.
5
“Nenek, kamu pergi dan desinfeksi tanganmu, lalu kenakan sarung tangan medis. Setelah aku membelah perutku, bantu aku mengeluarkan anak–anakku….”
“Aku, aku, aku ….”
“Jangan takut, aku pernah mengajarimu….
Setelah Dewi meminum obat ungu racikannya, dia tidak lagi merasakan sakit, dia mengambil pisau bedah dan mulai melakukan operasi Caesar pada dirinya sendiri.
Nenek gemetar ketakutan, tapi dia masih melakukan apa yang dikatakan Dewi….
“Taruh bantalku lebih tinggi agar aku bisa melihat perutku.”
“Oke, oke….
Pada saat ini, tiba–tiba ada guntur dan kilat di luar, dan terjadi badai
yang dahsyat.
Nenek menggigil ketakutan dan segera pergi untuk menutup jendela, jendela baru saja ditutup, ketika dia berbalik, Dewi sudah membelah perutnya….
Dia bergegas mendekat untuk mengangkat bayinya.
Setelah Brandon berhasil mengalihkan orang–orang tersebut, dia meninggalkan mobilnya di pegunungan, kemudian bergegas pulang melalui sebuah jalan kecil, menghadapi guntur dan kilat.
Begitu dia berlari masuk ke halaman, dia dapat mendengar suara tangisan bayi yang nyaring.
Dia membeku sesaat dan melihat ke kamar dengan takjub, pikirannya menjadi kosong….
Dewi sudah melahirkan, sudah melahirkan??
Setelah sekian lama, baru Brandon kembali sadar dan bergegas masuk.
Saat itu, Dewi sudah pingsan, sedangkan Nenek sedang membungkus ketiga anak di sampingnya sambil tersenyum lebar. Ketika dia melihat Brandon kembali, dia buru–buru berkata padanya. “Brandon, Dewi sudah melahirkan tiga anak perempuan, cantik sekali!”
“Baguslah.” Brandon dilanda kegembiraan yang sangat besar hingga tidak tahu harus berbuat apa, “Apa anak–anaknya sehat? Coba aku lihat….”
“Mereka sehat, tapi sangat kecil. Aku tidak tahu bagaimana merawatnya, mungkin masih harus menganjar mereka ke rumah sakit. Oh iya, cepat lihat Dewi, lukanya belum dijahit. Aku tidak tahu bagaimana melakukannya….”
Nenek mengingatkan.
Brandon bergegas untuk memeriksanya, dia menyadari bahwa Dewi mengalami pendarahan hebat, sangat berbahaya. Dia sangat ketakutan sehingga wajahnya berubah drastis, dan dia segera memanggil ambulans….
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Dewi terbangun dalam keadaan linglung dan mendengar suara ambulans, melihat dokter dan perawat berpakaian putih di sampingnya, dan merasa bahwa ini adalah malaikat penyelamat hidupnya ….
Dia benar–benar terlalu menganggap tinggi kemampuan toleransi rasa sakitnya, berpikir bahwa setelah operasi Caesar, dia bisa menjahit lukanya dan minum obat sendiri.
Baru sekarang dia menyadari bahwa dia hanyalah orang biasa, terbuat dari daging dan darah, yang sama sekali tidak dapat melewati batas antara hidup, usia tua, sakit dan mati….